Selamat Datang para Alumni... silahkan tinggalkan komentar anda..

Blog ini saya dedikasikan untuk anandaku Indra Pangestu Dynamic Blinkie Text Generator at TextSpace.net

Cari Kerja disini Lowongan Kerja Up date

OKI Dalam Sejarah

KAB. OKI DALAM SEJARAH Wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir telah dikenal sebagai bagian Sumatera Selatan sejak sebelum masa kemerdekaan. Pada masa kesultanan, daerah ini menjadi salah satu kawasan yang penting. Belum diketahui secara tepat bagaimana pola hubungan yang lebih pasti antara keseluruhan daerah-daerah di Ogan Komering Ilir dengan pihak kesultanan. Demikian pula bila kita menyimak kronik lokal yang diceritakan penduduk di pedesaan. Masyarakat desa Saranglang, misalnya meyakini bahwa puyangnya salah seorang pejabat dari keraton Palembang. Pada masa Belanda, koloni ini menjadikan Sumatera Selatan sebagai satu wilayah keresidenan yang dipimpin oleh seorang Residen. Menjelang akhir penjajahannya, keresidenan dibagi menjadi afdeeling masing-masing dikepalai oleh seorang Asisten Residen, dengan perincian : •Daerah Palembang dan tanah datar dengan ibukota di Palembang, meliputi Palembang kota, talang Betutu, Komering Ilir, Ogan Ilir, Musi Ilir dan Rawas. •Daerah Pegunungan di Palembang, dengan ibukota di Lahat. Daerah ini meliputi Lematang Ilir, Lematang Ulu, Tanah Pasemah, Tebing Tinggi, dan Musi Ulu. •Daerah Ogan dan Komering Ulu, dengan ibukota di Baturaja. Daerah ini meliputi daerah Komering Ulu, Ogan Ulu, dan Mura Dua. Ketiga afdeeling diatas masing-masing terbagi lagi kepada onder –afdeling. Pada waktu itu, kawasan sekarang yang dikenal sebagai Ogan Komering Ilir merupakan dua onder-afdeeling, yaitu onder-afdeeling Ogan Ilir dengan ibukota Tanjung Raja dan onder afdeeling Komering Ilir dengan ibukota Kayuagung. Pembagian ini terus berlangsung sampai masuknya Pemerintahan militer Jepang mengganti kolonial Belanda. Jepang menggunakan istilah Syu untuk diterapkan pada keresidenan. Sejauh berkenaan dengan wilayah Ogan dan Komering Ilir, belum diperoleh keterangan yang pasti tentang perubahan-perubahan khusus yang dilakukan oleh Pemerintah militer Jepang terhadap lembaga yang dahulu telah terbentuk pada masa kolonial Belanda. Namun begitu, dengan mengidentifikasi perubahan umum yang diterapkan di Sumatera Selatan, tepatnya bekas Karesidenan Palembang dapat diperoleh sedikit gambaran. Pada masa Jepang, kawasan Palembang dibagi menjadi dua karasidenan (Syu) yaitu Karasidenan Palembang dan Karesidenan Bangka-Belitung. Memasuki kemerdekaan, wilayah Ogan dan Komering Ilir memasuki pula masa revolusi fisik. Beberapa tempat di daerah ini menjadi basis-basis tempat pertahanan para republikein menghadapi pihak sekutu Inggris dan pada akhirnya berhadapan langsung dengan Belanda yang bermaksud kembali menanamkan kekuasaannya. Dikawasan Ogan Komering Ilir dibentuk front-front seperti Front Batun dan Front Muara Kamal-Talang Pangeran. Dalam masa perjuangan fisik itu, kawasan ini termasuk pula dalam wilayah perjuangan Ogan komering Area. Masa Orde Baru, membawa perubahan cukup besar di daerah Ogan komering Ilir. Perubahan yang sangat fundamental dalam segi kehidupan masyarakat luas di daerah pedesaan ialah peristiwa pembubaran lembaga marga. Seterusnya, sampai masa sekarang masyarakat pedesaan di Ogan komering Ilir menemui berbagai pengalaman yang silih berganti. Masing-masing pengalaman historis itu membawa goresan tersendiri dalam ingatan kolektif , dampak pada struktur sosial politik, dan memberikan corak pada wujud kebudayaan masyarakat setempat. OKI dan Perang 5 Hari 5 Malam Pertempuran Kemerdekaan 5 hari 5 malam di Palembang terjadi pada tanggal 1 sampai 5 Januari 1947 (Rabu-Ahad, 8-12 Shafar 1366) mendapat bantuan kekuatan rakyat pedalaman, terutama daerah-daerah yang dekat dengan Palembang seperti Pemulutan, Inderalaya, Tanjung Raja, Jejawi, Sirah Pulau Padang, Kayuagung, daerah-daerah lainnya. Pasca perang 5 hari 5 malam , dalam masa case fire (gencatan senjata) masing-masing pihak mempersiapkan kekuatan dan strategi pertahanan. Di wiiayah Ogan Komering Ilir dan sekitarnya pimpinan militer Republik telah membentuk brigade pertempuran yang dimaksudkan dapat langsung terlibat dalam pertempuran apabila terjadi serangan dari pihak Belanda. Brigade pertempuran Garuda Merah di tempatkan melingkari garis demakrasi radius 20 Kilometer dari kota Palembang, pada titik rawan yang diperkirakan akan diterobos pihak Belanda. Dalam peta pertahanan Ogan Komering Ilir, ada dua klasifikasi daerah yang dianggap titik rawan pada waktu itu. Dilalui dengan kendaraan air adalah sungai Komering dan Sungai Ogan. Sedan gkan apabila ditempuh dengan jalan darat, yaitu jalur Palembang-Sirah Pulau Padang-Kayuagung, Palembang-Simpang Payakabung-Kayuagung. Pengamanan keseluruhan ini dilakukan dengan membentuk tiga front, yaitu front tengah, front kanan, dan front kiri. Pada tanggal 21 Juli 1947 seluruh pertahanan Republik di front yang melingkari garis demarkasi 20 Kilometer dari Kota Palembang berhasil diterbos oleh Belanda. Keesokan harinya tanggal 22 Juli 1947 Belanda sudah dapat menduduki Tanjung Raja dan Kayuagung. Ogan Komering Area Setelah semua front diduduki Belanda, taktik front di tinggalkan, dan tentara RI menggunakan cara geriliya dengan target adalah setiap kedudukan Belanda di seluruh daerah pendudukannya . Dalam konteks ini dibentuk dislokasi berdasarkan Ogan Komering Area dimana sebagai komandan Ogan Area adalah Kapten Riacudu, sedangkan Komering Area adalah Kapten Alamsjah. Markas Ogan Komering Area bersifat mobil, berkedudukan di Campang Tiga. Untuk koordinasi perlawanan rakyat, diangkat wedana perang yang masing-masing dijabat oleh Wedana M. Saleh untuk daerah Komering, Wedana M. Arif untuk daerah Ogan, dengan tugas pokok pengawasan terhadap gerakan tentara Belanda, mengatur bantuan logistik sehingga gerakan kesatuan geriliya dapat berjalan secara aktif. Selama kurang lebih 3 tahun pertempuran melawan tentara Belanda, terjadi perjuangan yang tak henti-hentinya melibatkan berbagai lapisan rakyat sipil dan militer dengan pengorbanannya masing-masing. Dikalangan militer, tokoh-tokoh yang terlibat dalam perjuangan didaerah Ogan Komering Ilir adalah Kapten Alamsyah Ratu Perwira Negara, Kapten Sanaf, Kapten Riacudu, Lettu Asnawi Mangkualam, Lettu Marzuki Jahri, Letda KR Murod, Pelda M. Syueb, Pelda Madri, Letda Nuh Matjan, Letda Asmuni AS, Pelda Alifiah, Pelda M. Ali Hanafiah, Letda Paisol Syt, Letda Matjik AR, Letda Najamudin, Ishak Ibrahim dll. Diplomasi dan Masyarakat Sipil Didaerah Ogan Komering Ilir, selama perang geriliya berlangsung, dukungan masyarakat sipil ini berkembang sesuai dengan kondisi setempat. Didaerah ini, masyarakat pedesaan memberikan dukungan yang sangat berarti bagi tentara yang bergeriliya. Mereka memberikan bantuan berupa material seperti ternak, buah-buahan, bahan makanan, perhiasan dan uang. Mereka juga banyak menjalankan tugas sebagai kurir antara pos pertahanan yang satu dengan yang lainnya. Penduduk setempat selalu bersedia merelakantempatnya untuk dijadikan sebagai tempat persembunyian, sekaligus menyediakan ransum bagi geriliawan itu. Pertahanan dan perlawanan terhadap Belanda didukung oleh militan yang tergabung dalam berbagai kelompok. Dari barisan lasykar rakyat yang komandannya adalah M. Denin Raden Bayang. Kelompok Badan Pelopor Republik Indonesia (BPRI) dengan tokoh antara lain Achmad Hambali, Hambali Singadilaga, A. Kadir dan A. Rahman. Terbentuk pula Tentara Keamanan Rakyat dipelopori oleh Makmun Martadinata dan menunjuk Abdullah Tauhid sebagai komandan, bersamaan dengan terbentuknya Komite Nasional Indonesia (KNI) Kabupaten...... to be continued

Sungai Mesuji

Jumat, 22 Januari 2010

SUNGAI itu menjadi batas wilayah Provinsi Lampung dengan Sumatera Selatan. Ada sumber daya, ada kearifan, dan ada sesuatu yang spektakuler.
Semilir angin Selasa (6-8) pagi yang cerah menyapu permukaan Sungai Mesuji yang tenang berwarna kecokelatan. Beberapa burung pemakan ikan sesekali melintas di permukaannya. Di sisi kiri dan kanan sungai berjajar tumbuhan khas pinggir sungai yang orang setempat menyebut raso.
Dari kejauhan lamat-lamat terdengar deru perahu bermesin, yang menepi tepat di bawah jembatan perbatasan antara Kabupaten Mesuji dan OKI, di Pematang Panggang, Sumatera Selatan. Sebuah pejalanan dimulai.
Tiga speedboat bersiap menjadi pengantar satu cerita perjalanan tim yang digagas Penjabat Bupati Mesuji Husodo Hadi untuk dapat memaksimalkan potensi Sungai Mesuji bagi masyarakat. Wartawan Lampung Post Juan Santoso ikut dalam ekspedisi itu.
"Kita akan melihat langsung dan menyusuri Sungai Mesuji untuk mengindentifikasi masalah, mengoptimalkan potensi sungai agar bermanfaat lebih banyak bagi masyarakat. Maka saya mengajak dinas terkait untuk melihat langsung dan membuat program pemanfaatan Sungai Mesuji sesuai dengan bidang masing-masing. Kita akan mendengar suara alam," kata Husodo Hadi saat akan memimpin perjalanan tersebut.
Dengan bunyi mesin speedboat yang mulai dihidupkan, rombongan dibagi menjadi tiga dan mulai memasuki satu per satu perahu yang disiapkan. Rombongan pertama, Husodo Hadi didampingi Dandim 0412 Lampung Utara Letkol Gigih, staf Balai Besar Daerah Aliran Sungai (DAS) Provinsi Lampung, Baskoro, pimpinan PT BSMI Yongki dan Kapolsek Simpang Pematang AKP M. Pulungan.

Rombongan kedua, Camat Simpang Pematang, Murni S.P., Kepala Bappeda Ismet Paisol, staf Dinas Kesehatan Budiman Nainggolan, Novi dari Balai Besar DAS Provinsi Lampung, dan Kepala Dinas Pendidikan Nawawi.
Rombongan penutup, Camat Tanjungraya Riprianto, Kepala Dinas PU Huminsa Lubis, Kepala Dinas Perhubungan Sudirman Solehu, dan staf Dinas Pertanian Jaya.
Pukul 09.30. Tiga perahu bermesin itu menghentak saat mesin pendorong Yamaha 4 PK mulai mengerang.
Tiga puluh menit pertama, setelah melewati Kampung Pematang Panggang, OKI, yang berada di sisi sungai, kampung pertama yang dilewati. Konsentrasi masih terfokus pada kegiatan masyarakat setempat. Di atas bong (semacam rakit yang ditambat di belakang rumah tepat di sisi sungai, biasa digunakan untuk mencuci, mandi dan kakus), ibu-ibu mencuci. Anak-anak kecil berlompatan ke air dengan teriakan khasnya.
Meninggalkan kampung tersebut alam mulai berkisah. Sisi kiri dan kanan sungai hanya terlihat tiga jenis tanaman raso yang menjulang. Dengan daun-daunnya serupa pedang yang berjajar bagai kipas raksasa dan batang-batangnya menyerupai tebu. Berbuku-buku.
Beberapa tegak menjulang dengan tinggi rata-rata 3--6 meter dari permukaan air. Batang lainnya meliuk seperti ular. Tanaman tersebut tumbuh rapat, setia memagari sungai, di kiri dan kanan sepanjang usia sungai. Tumbuhan lainnya, pohon ingas dengan daunnya yang malas tumbuh. Hanya beberapa helai daun serupa daun jengkol di tiap rantingnya. Dan tanaman rumpun pandan yang hijau dengan tinggi hanya 1--2 meter dari permukaan air.
Sementara, permukaan air masih tenang dan cokelat. Lebar sungai sejak awal perjalanan masih antara 10--16 meter dengan kedalaman 10--17 meter. Perahu terus melaju dengan suara mesin konstan. Sesekali perahu lidah, sebutan perahu yang bentuknya diadopsi dari Thailand itu, meliuk-liuk mengikuti aliran Sungai Mesuji yang dahulu merupakan sarana transportasi utama di wilayah tersebut. Mulai dari perahu kecil hingga jenis kapal pengangkut kayu olahan yang akan dibawa ke Jakarta.
Satu jam perjalanan. Kemilau cahaya matahari seperti intan yang dipantulkan permukaan air berpendar memaksa mata menyipit. Di kiri dan kanan sungai masih berbaris raso yang membuat kontur sungai kadang menyempit.
Sesekali masih terlihat di sudut kerimbunan raso, nelayan dengan menggunakan sampan kecil memancing dan memasang jala. Sayang, tidak ada ikannya.
Memang, sungai mulai sakit. Ada bagian kehidupan yang hampir hilang. Tidak ada kecipak ikan, tidak ditemukannya gerombolan burung pemangsa ikan menjadi pertandanya. Hanya dua ekor elang sebagai puncak rantai makanan yang ditemui sepanjang perjalanan. Itu pun hanya termangu di puncak ranting pohon yang mati. Menatap malas ke permukaan sungai.

Satwa lain, monyet berbulu abu-abu berbuntut panjang, juga tampak gelisah. Jenis simpanse yang harusnya berkelompok dengan jumlah bisa mencapai ratusan ekor hanya terlihat 4--8 ekor di pepohonan ingas. Hutan sudah tidak ada di sepanjang aliran Sungai Mesuji yang seharusnya menjadi penyangga keberlangsungan sungai.

Rombongan terus melaju dengan kecepatan speedboat 21--30 knot. Saat akan memasuki Kampung Sungai Sidang, kondisi sungai menyempit dan permukaan sungai hampir dipenuhi tumbuhan eceng gondok sepanjang dua kilometer.

Memasuki Kampung Jurangkuali, permukaan air berubah warna menjadi hijau kebiru-biruan. Dan permukaan sungai melebar menjadi 40--80 meter. Perjalanan terus menuju Kampung Pagardewa dan Sungai Menang.

Pemandangan berubah, di balik kerimbunan raso di sisi kanan sungai mulai terlihat kelapa sawit yang berjajar rapi milik PT BSMI.

Alam kembali bercerita. Di kedalaman sungai yang mencapai 37 meter, di balik jernihnya air, kadungan residu air Sungai Mesuji sudah mulai rusak. Hal itu mengakibatkan biota air dan berbagai jenis ikan mulai punah. "Hal itu karena prilaku ependuduk sekitar yang terus meracuni ikan," kata Yongki.

Ia menambahkan di kanal-kanal buatan perusahaannya sering ditemui masyarakat yang menggunakan tiodan dan potasium (sejenis insektisida) untuk meracuni ikan. Hal tersebut dilakukan berulang dan dalam jangka waktu yang sudah cukup lama. Hingga akibatnya kini, ikan sudah tidak ada.

Akhirnya rombongan tiba di Kampung Kagungan Dalam, Kecamatan Tanjungraya pada pukul 11.30. Rombongan berdialog dengan warga setempat mengenai pemanfaatan sungai dan program pembangunan Kabupaten Mesuji ke depan.

Begitu juga ketika rombongan tiba di Kampung Sritanjung. Hal yang sama, berdialog dengan warga juga dilakukan Bupati. Hingga pukul 13.00 rombongan tiba di Kampung Nipahkuning menghadiri perhelatan olahraga. Pukul 16.30 rombongan pulang kembali melalui Sungai Mesuji ditemani sinar mentari yang memerah dan bayangannya yang memanjang di permukaan air dan burung-burung seriti yang akan pulang ke sarang.

Akhir perjalanan, staf Balai Besar DAS Provinsi Lampung Baskoro mengidentifikasi masalah. Dan merencanakan program buat Sungai mesuji. Ia mengatakan untuk saat ini Sungai Mesuji akan dijadikan menjadi sarana transportasi seperti waktu dahulu. Dan mempertahankan kondisi sungai (konservasi) dan memberi nilai tambah ekonomi bagi masyarakat sekitar bantaran sungai dengan menanam tanamanan di sepanjang aliran sungai yang mempunyai nilai ekonomi.

Mengenai jenis tanamannya ia mengaku masih dikaji. "Kami akan membuat Sungai Mesuji menjadi sarana transportasi. Mempertahankan kondisi sungai. Dan memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat dengan menanam tanaman di sepanjang DAS, jenisnya belum tahu. Karena bukan bidang saya," ujarnya.

Sementara, di guest house PT BSMI, Penjabat Bupati mengharapkan agar Balai Besar DAS membuat program untuk Sungai Mesuji. "Tahun 2010 saya minta ada kegiatan di Sungai Mesuji, bentuknya seperti apa, silakan," ujarnya.

Sedangkan pihaknya sendiri akan membuat program membuat jaring apung di sepanjang sungai, dengan membudidayakan ikan yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan sudah langka. Selain pembudiayaan, juga diadakan penangkaran.

"Dan banyak program lainnya. Seperti konservasi agar mengembalikan flora dan fauna yang seharusnya ada di sepanjang sungai. Yang jelas, Sungai Mesuji harus lebih memberi manfaat bagi masyarakat karena Sungai mesuji merupakan ikon Kabupaten Mesuji," kata dia. n M-1

READ MORE - Sungai Mesuji

Kerinduan dan Kesedihan……

Akhirnya, tapak-tapak kakiku perlahan bercerita dengan suara lemah
Rasanya aku tak mungkin pura-pura utk menjadi kuat, tapi aku juga tak kuasa utk menangis
Ketika aku harus melihatmu satu persatu ‘pergi’ meninggalkanku yg masih terpaku sendiri
Terlalu menyakitkan ketika arah cerita kita akhirnya berpisah di simpang jalan utk sebuah cita
Bahkan air hujanpun tak mampu membuatku takut ketika kau lepaskan ‘senyum’ terakhirmu, dikenangan 27 tahun memoriku
Sekarang sadarlah aku arti 27 tahun yg lalu ternyata aku tidak benar-benar ‘kuat’ untuk hidup
Jika aku harus hidup tanpa kenangan indah bersamamu

Aku akan coba membuat jalan
Antara tabir dan salam… antara rindu dan puncak kerinduan
Suara bintang-bintang malam dan talu bulan, mencair
dalam akar keheninganku.
Serulingku yg ‘gelisah’ melantunkan musik kenangan
Mengibaskan Cinta diatas batu yang melalap hati
Rinduku yg rapuh meluncur lagi dari sumbu dan
minyak kehidupan….

Aku ingin kau temani sejenak untuk bertutur kata
pada saat malam yang sepi sunyi dan,
kau curahkan sejuk itu dalam kalbu sanubariku…
Engkau…
Adalah ‘cintaku’ memori tidurku dan gejolak hati yang tak terobati
Kudengar panggilanmu dari balik awan-awan senja,
Kurasakan sayap-sayapmu selalu lembut membelai rinduku
Selalu, dan Teringat selalu…..
Es Em A Satu Mesujiku !


By : Heri Darmusi... (Biologi)

MARS SMAN 1 MESUJI

SMA Negeri

Satu Mesuji

Pematang Panggang OKI

Di sanalah kami belajar

Menuntut Ilmu

Membangun masa depan bangsa

Meraih cita-cita



Kerja keras penuh semangat

Pantang menyerah

Optimis dan percaya diri

Serius santai sukses

Serius santai sukses



Ciftaan : Drs Maman Wijaya (Fisika)




Berangkat dari sebuah rasa iseng menjadi sebuah keseriusan

Video smule

https://www.smule.com/marsonfirindra

Translate

Iklan Kompas

 
 
 

Inspiration

Dari segala penjuru Pematang Panggang kami datang ke sekolah ini guna menuntut ilmu mungkin ada yang tanpa cita-cita hanya dengan tujuan menuntut ilmu.. Alkhamdulillah berbekal ilmu yang kami tuntut di SMA ini sudah lebih dari cukup buat bekal kami dalam menempuh kehidupan.. terimakasih guru-guru kami semua... salam Marson



Total Pengunjung

TERIMA KASIH SEMUANYA, HATUR NUHUN SADAYANA, MATUR SUWUN SEDOYO, MAKASIH KAUNYINNA, MAKASIH GALO-GALONYO, THANKS YOU FOR ALL, MATUR NUWUN KABEH, TRIMAKSIH S'MUE.... SILAHKAN KOMUNIKASI BAHASA DENGAN SAYA DENGAN DELAPAN BAHASA: INDONESIA,SUNDA, JAWA, KOMERING, PALEMBANG, INGGRIS, CIREBON, MALAYSIA... TRIMS MARSON ( ADMIN

Reminded

Dengan semangat yg tersisa (maklum faktor usia hehheh).. disini saya coba untuk mengumpulkan data-2 mengenai alumni dan perkembangan SMA kami ini.. untuk itu semoga teman-teman dan guru-guru semua dapat memberikan dukungannya.. dan insya Allah tiba masa nya nanti blogs ini akan saya migrasi ke domain yg lebih valid.. tinggal tunggu za.. salam admin : Marson